Abstrak
Engels pernah berkata, “Ada hantu berkeliaran di Eropa, hantu komunisme!” Benar saja, komunisme telah menghantui dunia sekian masa, dan hingga kini masih menghantui mimpi-mimpi anak manusia. Walaupun begitu, tak sedikit yang bernapas lega melihat komunisme yang menerapkan ekonomi pasar dan sistem keterbukaan hingga dianggapnya komunisme telah bergeser. Tetapi, bukankah komunisme adalah ideologi, yang kata orang ideologi tiada pernah mati, hanya gerakannya yang meredup. Lagipula komunis telah menunjukkan dirinya sangat ideologis, yang hampir sulit ditaklukan dan hampir sulit untuk berganti pandangan nilai kredo. Semua asumsi-asumsi ini tentu patut menjadi pertimbangan tidak hanya bagi ideologi-ideologi lain, tetapi juga masyarakat awam agar dapat menyikapi dengan tepat. Apalagi, kini telah hadir nyata-nyata kaum revolusioner dengan gerakan khasnya yang memanggil memoar-memoar kelam kita akan komunisme di berbagai belahan dunia. Tulisan ini hendak menggambarkan ideologi komunis yang berusaha merebut kembali hati anak manusia dan membangkitkan marxist-leninist di muka bumi saat ini.
Kata kunci: Nilai dasar, Perjuangan ideologi, Gerakan politik
Pendahuluan
Dunia pernah histeris, terkejut dan tercekam melihat sepak terjang komunisme di Uni Sovyet, China dan negara-negara Eropa Timur di masa lalu. Bagaimana tidak, pembantaian besar-besaran terjadi dengan dalih kehidupan sosialis. Rusia dibawah pimpinan Lenin dan Stalin telah menghabisi 20-an juta manusia. Sekitar 50 juta jiwa menjadi tumbal di China yang didalangi Mao Zedong. Sementara di Indonesia, pembantaian di Madiun, Jawa Tengah, atau peristiwa G30S yang disebut-sebut dibawah kontrol PKI, menjadikan trauma tak terhapus di benak masyarakat Indonesia lintas generasi hingga kini. Singkatnya, komunisme benar-benar seperti yang dijanjikannya, yaitu menebar ketakutan dengan diktator proletariat. Akan tetapi, perang dunia kedua dan beragam penumpasan gerakan revolusioner komunisme berhasil menjatuhkannya serta menguburnya dengan tanah liberalisme dan kapitalisme. Namun hingga saat ini, kenyataannya komunisme tetap bernapas, bahkan dengan sangat leluasa seperti di China, Rusia atau negara-negara di Eropa Timur. Bahkan baru, baru ini Maois Nepal membuat darah terkesiap karena berhasil menggulingkan kekuasaan raja Gyanendra dan merebut kekuasaan negara, dengan cara lama walau ada perbedaan. Indonesia sendiri mulai terbiasa dengan pemikiran-pemikiran Marxist dan sosialis.
Fenomena gerakan baru komunisme ini bisa dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang manusia di dunia ini yang tentu telah cukup trauma dan berharap tidak ada lagi gerilya diktator proletariat. Kehadiran komunisme ini menghadirkan memori-memori kelam dan ketakutan. Kedua, dari sudut pandang ideologi-ideologi lain yang merasa dirinya lebih benar dan baik daripada ideologi komunisme. Pergerakan komunisme di masa kini tentu tidak diharapkannya dan menjadi ancaman yang berbahaya bagi ideologinya. Persamaan dari kedua sudut pandang itu adalah, bahwa kedua-duanya harus bersikap dan mewaspadai gerakan komunisme.
Setelah kurang lebih setengah abad komunisme menghilang dan banyak yang menganggapnya telah mati, ternyata sesungguhnya hanya koma, karena kini telah jelas surat tantangan komunisme kepada ideologi-ideologi lain. Bagaimana komunisme kini ? Apakah masih seperti yang dulu ? Atau menjadi lebih ganas atau lebih lembut ? Tulisan ini hendak menggambarkan dinamika ideologi komunis masa kini dalam nilai dasar dan perjuangan ideologi serta gerakan politiknya.[1] Perlu ditambahkan bahwa komunisme yang dimaksud disini adalah Marxist-Leninist atau biasa disebut Maois yang terhampar di China, Sovyet, Asia barat dan Amerika Selatan. Perlu dibatasi karena Komunis di Eropa tidak menganut paham Lenin sehingga memiliki corak yang berbeda.
Komunisme Masa Lalu
Merupakan anak dari konsep sosialisme yang memikirkan kehidupan sosial penuh kedamaian dan kesamarataan, tetapi komunisme sendiri merujuk pada konsep Karl Marx dan Lenin, sehingga sering disebut Marxist-Leninist. Dalam menciptakan konsepnya, Marx berada pada jalur pemikiran materialisme[2] dan dialektika[3] untuk mewujudkan sosialisme. Dari situ, Marx memunculkan konsep baru yaitu Materialisme Dialektik[4] serta Materialisme Historis[5]. Berangkat dari asumsi-asumsi tersebut, Marx berusaha mencari jawaban atas kekacauan yang melanda umat manusia kala itu, dimana kaum proletar mendapat perlakuan tidak manusiawi dan adil oleh kaum kapitalis. Kaum proletar yang seharusnya dapat bebas dan kreatif dalam menjalani pekerjaan, dibuat hanya mengejar kebutuhannya saja, yaitu mengejar uang. Sedangkan mereka terus menerus dieks-ploitasi sumber-sumbernya oleh kelas kapitalis. Akhirnya, baik kelas proletar maupun kelas kapitalis menjadi tidak manusiawi, individualistik dan asosial. Keadaan ini adalah keterasingan dalam pekerjaan yang menjadikan manusia tidak manusiawi. Upah kerja yang minim, kesejahteraan buruh yang tidak manusiawi, eksploitasi anak dan perempuan secara berlebihan serta kondisi lingkungan kerja yang membahayakan dan tidak sehat merupakan sekilas penindasan kapitalis.
Bagi Marx, duduk persoalan dari segala kekacauan sosial yang terjadi pada masa industri di Eropa adalah sistem hak milik pribadi. Karena itu, langkah mengatasinya adalah menghilangkan hak milik pribadi dan memunculkan negasinya yaitu sistem kepemilikan bersama. Tetapi pada intinya, baik menghilangkan hak milik pribadi ataupun sistem kepemilikan bersama, berotientasi menghilangkan kelas-kelas sosial. Karena dengan hilangnya kelas-kelas sosial, kehidupan komunis akan terwujud dalam segala aspek kehidupan. Sehingga yang menjadi inti atau nilai dasar ideologi komunisme adalah ekonomi tanpa kelas yang diwujudkan dengan menghapus sistem hak kepemilikan pribadi dan memunculkan sistem kepemilikan bersama. Nilai dasar ini ketika diwujudkan dalam masyarakat, sasaran-sasarannya adalah mewujudkan masyarakat dengan sistem ekonomi sosialis tanpa ada hak milik pribadi, menghilangkan kelas-kelas sosial, mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sama rata. Terakhir, mendirikan negara diktator proletariat untuk memasung baku nilai-nilai komunisme dalam masyarakat, dimana negara harus dihilangkan segera setelah kehidupan komunis terbentuk.
Cita-cita sosial yang berorientasi penyelesaian atas keterasingan manusia tersebut, diupayakan dengan cara revolusi proletariat. Menurut hemat Marx, komunis diperjuangkan melakukan revolusi yang digawangi kaum proletar. Lenin mengembangkan tidak hanya kaum proletar, tetapi dia juga menggandeng kaum petani untuk bersanding dengan proletar melakukan revolusi penghapusan hak milik pribadi dan kelas-kelas sosial. Tetapi, Marx dan Lenin sepaham dalam watak perjuangan komunisme yaitu menggunakan kekerasan. Dikatakan oleh mereka berdua walaupun dalam bahasa yang berbeda namun memiliki makna prinsip sama, yaitu kekerasan merupakan substansi dari revolusi proletariat. Ia adalah hal mutlak untuk menghapus nilai-nilai kapitalis dan membiasakan masyarakat dengan nilai atau sistem komunis. Dengan negara diktator proletariat menggunakan kekerasan, warga tunduk patuh pada sistem komunis. Ketika warga sudah memiliki kesadaran untuk melaksanakan sistem komunis, maka negara dan kekerasan akan dilenyapkan. Sepanjang sejarah, komunisme telah menjadi ideologi yang paling banyak menerkam korban jiwa. Tak terbilang lagi berapa aset yang rusak, peradaban yang hancur dan sebagainya yang tak kalah menyeramkan.
Komunisme Masa Kini
Pembahasan ini sangat perlu karena berkedudukan sebagai data untuk dipahami bagaimana corak komunisme kontemporer. Banyak mata yang melihat perilaku-perilaku komunisme yang berbeda dengan komunisme dahulu, banyak pula telinga yang mendengar perilaku yang juga tidak berubah. Pikiran kemudian mengolahnya untuk diidentifikasi corak komunisme kontemporer. Tanpa adanya data, pikiran tidak akan dapat menggeneralisasi ciri komunisme. Sampai kini, komunisme yang dapat dirasakan eksistensinya ada di China, Nepal, dan negara-negara Amerika Selatan. Komunis di negara-negara itulah yang relevan untuk dijadikan data dalam makalah ini.
Komunisme China
China sempat mengalami masa kelam bersama komunisme pada kepemimpinan Mao. Bahkan revolusi budaya telah menghegemoni setiap sendi kehidupan di China. Karenanya, sampai kini sulit sekali menghilangkan determinasi komunisme. Bahkan, banyak orang pesimis China bisa berubah dan lepas dari lilitan komunisme. Tetapi kenyataannya, pada pemerintahan Deng Xiaoping hingga kini masa Hu Jianto, China telah mengalami banyak terobosan dalam menegakkan sistem ekonomi pasar bebas. Banyak perusahaan-perusahaan swasta China berjaya di China dan sekaliber dunia. Itu artinya, kepemilikan pribadi yang dilarang komunisme diakui di China. Hanya saja, geliat ekonomi swasta tidak lebih dari 12 persen sumbangsihnya dalam skala nasional[6]. Karena pada dasarnya, UUD (1982) China menegaskan perekonomian China dibawah kendali negara.
Selain itu, sekalipun pasar bebas dibebaskan di China, pemerintahan tetap dibawah kendali Partai Komunis China (PKC). Presiden China ditetapkan PKC, dan memerintah berdasarkan hasrat PKC atau setidaknya disetujui PKC. Sistem demokrasi belumlah diterima di China. PKC masih memerintah China dengan khas komunis, yaitu totaliter dominatif. Bagaimana tidak, PKC memiliki hubungan erat dengan pemerintahan yang dirumuskan dalam Pembukaan UUD Republik Rakyat Cina[7]. Disini tampak jelas kontradiksi antara menerapkan pasar bebas dan totaliter. Menerapkan pasar bebas dan pengakuan kepemilikan pribadi, dianggap banyak pihak China berhasil melunturkan nilai komunisme. Tetapi, China belum sepenuhnya meninggalkan komunisme karena masih tidak bisa lepas dari sistem totaliter dan PKC yang berwenang penuh. Sementara popularitas Mao tidaklah turun sedikitpun. Namanya masih mendapat tempat dihati sebagian besar rakyat China. Ia diangap pemimpin yang tidak gagal dan tidak melakukan kejahatan.
Secara awam, para pengamat menyebut Komunis China berangsur-angsur meninggalkan akar-akar ideologinya tentang “sama rasa sama rata” dengan hanya mempertahankan akar ideologi Leninisme yang memfokuskan pada dipertahankannya dominasi pengawasan partai. Namun demikian, Sekjen PKC periode lalu, Jiang Zemin membawa pemikiran “Sange Daibiao” (Tiga Perwakilan) yang isi argumentasi pemikirannya, memperlihatkan munculnya nasionalisme China dalam bentuk baru yang tidak lagi bersandarkan pada kebrutalan perjuangan kelas masa lalu seperti yang tercatat dalam sejarah. “Sange Daibiao” atau Jiangisme (untuk membedakan antara Maoisme dan Dengisme) sendiri merupakan kristalisasi pemikiran yang berkembang sebagai akibat dari pengalaman-pengalaman yang dialami China di dalam dan luar negeri dalam tiga dekade terakhir ini setelah dicanangkannya keterbukaan dan reformasi tahun 1978. Dalam sejarahnya, sejak PKC berdiri pada tahun 1921, banyak sekali cangkokan filosofi dan pemikiran yang dimasukkan untuk merumuskan dan membangun roh partai. Prinsip arahan filosofi dan pemikiran PKC pun beragam, tidak hanya berlandaskan Marxisme, tapi juga Leninisme, Dengisme, Jiangisme hingga kini Huisme.
Perkembangan pesat globalisasi memang tidak pernah masuk dalam cetak biru modernisasi China sekarang ini, bahkan menjadikan China pasar terbesar di dunia pun tidak diperkirakan akan berlangsung secepat yang diduga oleh para pengambil keputusan di RRC. Pemikiran Jiangisme mencoba untuk merumuskan posisi partai yang tidak lagi mewakili kekuatan kelas buruh dan tani saja, tapi juga mencakup seluruh kelas kekuatan produksi maju, kebudayaan yang maju, serta kepentingan massa secara luas. Dalam bahasa yang sederhana, Jiangisme adalah memperluas ruang hidup PKC untuk berkembang berdasarkan dukungan sosial yang lebih luas. Artinya, meninggalkan akar proletariatnya untuk mencari dukungan yang lebih luas, termasuk kelompok borjuasi yang sekarang menjadi kelompok kaya baru dalam pembangunan ekonomi China.
Walaupun begitu, booming ekonomi yang dialami China sebenarnya tidak lepas dari paham komunisnya yang unik bahkan sulit dikatakan lagi sebagai komunis atau bahkan Maois. Komunisme China merupakan komunisme pancapilar Marxisme, Leninsme, Maoisme, Dengisme, Jiangisme, dan kini Huisme. Ajaran Mao telah membuat komunis Tiongkok dinggap tidak orisinil lagi oleh USSR. Dengisme oleh Deng Xiaoping yang menitik beratkan pada pragmatisme ekonomi membuat kian jauh lagi. Jiangisme yang memasukkan unsur pengusaha sebagai sokoguru ketiga dalam komunisme China setelah buruh dan petani membuatnya tak layak lagi disebut komunis.
Pada tataran akar rumput, penduduk desa dan petani tak mampu melindungi diri dari sergapan kekejaman para aparat desa yang merupakan anggota PKC. Intimidasi kerap disampaikan dengan nada ancaman oleh aparat kepada para penduduk: bayar pajak atau masuk penjara! Tak adanya akses media yang memadai dan tidak tersedianya sarana pendidikan yang cukup baik sehingga kebanyakan penduduk itu tak tahu apa yang harus dilakukan membuat mereka pasrah menyerahkan hasil panen pertanian selama setahun. Sementara para pejabat partai dan tentara itu hidup makmur dengan rumah-rumah bagus diantara rumah-rumah penduduk yang kumuh dan di tengah kehidupan para petani terus miskin.
Bagaimanapun juga, sekalipun China telah tampak “agak kapitalis”, mereka tetap menerapkan politik nasionalisasi atau pembatasan privatisasi. Pengusaha swasta tidak boleh masuk dalam sektor industri kunci yang dimonopoli oleh negara seperti perbankan, listrik, pos, telekomunikasi, penerbangan dan persenjataan. Selain itu pengusaha swasta tidak boleh masuk dalam produksi banyak barang seperti tembakau, baja, kimia berbahaya, minyak, gas, emas, perak, beberapa jenis obat, dan barang yang menguasai hajat hidup orang banyak. pengusaha swasta harus membayar pungutan paling mahal. Ini merupakan bentuk diskriminasi komunis terhadap kepemilikan pribadi, walau diragukan apakah masih komunis.
Komunisme Nepal
Dunia sering mengidentikkan komunisme dengan China dan Rusia. Padahal komunisme sejatinya lebih bergeliat di Nepal. Kepemimpinan raja yang totaliter dan menimbulkan banyak masalah (dalam bahasa komunis disebut kontradiksi internal), semakin mematangkan revolusi. Raja Birendra yang diteruskan saudaranya Raja Gyanendra memimpin dengan tangan besi dan menebar penindasan pada rakyat hingga rakyatnya meregang hidup, sedangkan raja hidup bergelimang. Dalam beberapa tahun terakhir, Nepal luput dari pantauan dunia. Padahal, sepanjang kurang lebih 10 tahun, Maois Nepal melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan monarki dan telah menelan korban jiwa 12 juta lebih. Pemberontak Maois, yang berkiblat pada perjuangan revolusioner Mao Zedong, melancarkan perlawanan terhadap para tuan tanah. Mereka juga berniat mendongkel monarki dan menggantinya dengan republik komunis di negara kerajaan Hindu tersebut. Setelah berjuang selama kurun 10 tahun sejak 1996, pemerintah dan Maobadi (julukan pemberontak Maois Nepal) sepakat melakukan perjanjian damai dengan kesepakatan membentuk pemerintahan sementara dan konstitusi sementara. Baru pada 2008 lalu, Partai ultra-kiri itu meraih 217 kursi dari 601 anggota majelis konstituante baru, yang akan melakukan tugas pertamanya menghapus monarki yang telah berumur 240 tahun. ”Sepuluh tahun bertempur dalam perang sipil membawa kami pada momen ini. Konstitusi baru akan membawa negara kami yang miskin maju dalam 25 tahun,” kata Bibidh, salah seorang komandan Maois. Sedikit menggambarkan mengenai cita-cita yang diperjuangkan Maois Nepal walaupun masih perlu digali peristiwa-peristiwa lainnya.
Setelah itu, pemerintahan baru Nepal dipimpin eks pemberontak Maois (Partai Komunis Nepal). Maois berkuasa setelah menang dalam pemilu April 2008 lalu. Pemerintah baru itu menghapus sistem pemerintahan monarki sebelumnya. Hal yang cukup aneh ketika komunis melalui prosedur pemilu mengingat Marx dan Lenin menegaskan bahwa satu-satunya jalan perubahan kekuasaan adalah dengan revolusi radikalis. Apakah ini tanda bahwa komunisme telah merevisi besar-besaran garis perjuangannya, atau ini merupakan taktik mereka, belum diketahui secara pasti. Tetapi, meski mereka menghendaki perebutan kekuasaan secara prosedural, kenyataannya mereka melancarkan beberapa aksi boikot yang brutal pula. Di kota Janakpur, beberapa pengendara motor melepaskan tembakan ke arah seorang kandidat, tetapi dia berhasil menyelamatkan diri. Di Desa Galkot, sekelompok pendukung Maois mencoba mengambil alih tempat pemungutan suara (TPS) dan melempari sejumlah bangunan. Cara radikal-revolusioner tersebut masih berlanjut bahkan ketika Maois telah ditetapkan sebagai pemenang mutlak pemilu dan memiliki kekuasaan pemerintahan. Mereka konsisten melakukan upaya-upaya radikal-revolusioner guna mewujudkan ideologinya.
Segera setelah meraih kekuasaan, pemerintahan baru Nepal dibawah kepemimpinan pemberontak komunis, menjanjikan kenaikan gaji bagi para pegawai pemerintah, serta menganggarkan kembali pembangunan infrastruktur. Tidak hanya itu, pemerintah akan menyediakan bantuan sosial bagi penduduk berusia lanjut, disabel, dan kelompok-kelompok etnis tertentu. Ditambahkannya, bantuan keamanan sosial itu kemungkinan akan naik empat kali lipat dibandingkan saat ini. Kemudian, pemerintah transisi Nepal menasionalisasi seluruh harta benda kerajaan Gyanendra. Pada akhir Desember 2007 diumumkan bahwa kerajaan akan dibubarkan pada 2008 setelah disetujuinya rancangan undang-undang yang mengubah Nepal menjadi republik. Lalu, pemerintah Nepal juga berjanji membebaskan 150.000 buruh yang diperlakukan seperti budak di bagian barat negara itu. Ribuan buruh itu dipekerjakan untuk melunasi utang selama beberapa generasi.
Komunisme Amerika Latin
Gerakan sosialisme baru di Amerika Latin sebenarnya hasil perjalanan panjang dalam upaya merevisi model kapitalisme buas yang sudah gembos. Selain Kolombia, El Salvador, dan Peru, seluruh negara Amerika Latin sedang berada dalam orkes besar memainkan simfoni sosialisme baru. Agar ajaran sosialisme baru itu bisa dijalankan, kekuasaan harus direbut, bukan dengan revolusi atau pemberontakan, tapi melalui perekrutan pemimpin alamiah yang berakar dan berpijak pada rakyat. Setelah terpilih sebagai presiden, pemimpin rakyat ini dalam kapasitas sebagai kepala negara dan pemerintahan diberi peran sebagai regulator pertumbuhan ekonomi mikro maupun makro, hal penting yang diabaikan kapitalisme. Namun, pemimpin yang lahir dari rakyat itu tidak dibiarkan bergerak tak terkendali, tapi terus dikawal oleh jaringan sociadad civil, masyarakat warga atau civil society[8]. ekalipun sociadad civil tidak berperan sebagai regulator langsung, tapi sangat berperan strategis memengaruhi pemerintah dalam mengambil kebijakan publik, terutama dalam bidang ekonomi dan politik. Kelompok masyarakat ini memberi kawalan untuk menjamin stabilitas pemerintahan yang secara informal melalui dukungan massa yang terus diperluas maupun secara formal melalui wakil-wakil rakyat di parlemen.
Karena itu, apakah model sosialisme ini masih dapat dikatakan Marxist-Leninist, yang sama sekali tidak memperbolehkan liberalisasi, apalagi dalam politik? Para pelaku neo-sosialisme ini berdalih bahwa apa yang mereka lakukan sama sekali tidak merubah falsafah dasar Marxist-Leninist. Hanya saja mereka menyesuaikan perjuangan dengan konteks yang ada. Sebagai bukti kesetiaan, negara-negara Amerika Selatan ini memiliki kebencian yang mendalam terhadap Amerika. Mereka bahkan melarang rakyatnya untuk menonton siaran televisi Amerika dengan memasang antena perusak gelombang siaran televisi Amerika. Yang paling substansi, komunisme di Amerika Selatan membuat kebijakan nasionalisasi perekonomian fundamental dan memberikan batasan yang sangat ketat terhadap usaha-usaha pribadi. Berita tentang langkah besar nasionalisasi akan disambut dengan antusias oleh buruh di seluruh penjuru negara. Ini merepresentasikan suatu langkah besar bagi revolusi Amerika Selatan dan pukulan yang serius terhadap kapitalisme dan imperialisme.
Hal yang berbeda dengan negara-negara komunis di Asia seperti China, Vietnam, Nepal, negara-negara komunis di Amerika Selatan lebih bersifat kerakyatan, bukan tendensius ideologis. Mereka berupaya semaksimal mungkin untuk mensejahterakan rakyatnya dengan tidak menggunakan sistem liberal-kapital Amerika, dan mereka membuktikannya. Mereka memberlakukan sistem politik terbuka diantara negara-negara sesama komunis di Amerika Latin. Kerja sama mereka umumnya dilandasi kesamaan visi anti Liberalisme, Kapitalisme dan Amerika Serikat. Hanya saja, walau mereka terkesan lebih manusiawi, tetap saja mereka tidak menghilangkan ciri khas radikalisme komunis. Sebut saja Kuba dibawah pimpinan Fidel Castro dan revolusioner Che Guevara yang memberontak terhadap tekanan Amerika. Atau perlawanan Hugo Chaves di Bolivia yang juga menggunakan sistem kekerasan. Artinya, di beberapa sisi, mereka konsisten terhadap pemikiran komunis. Tetapi pada sisi tertentu, mereka harus menyesuaikan kondisi yang ada untuk meraih tujuannya.
Nilai-nilai yang dianut
Kenyataan-kenyataan komunisme masa kini agaknya cukup membingungkan karena pada aspek-aspek tertentu, mereka sudah melepaskan ajaran-ajaran pokok Marx atau Lenin, tetapi mereka juga teguh pada pendirian pemikiran Marxist-Leninist pada aspek-aspek yang lain. Pergeseran itupun bahkan cukup ekstrem karena bertentangan dengan falsafah dasarnya. Sebut saja China yang menerapkan ekonomi pasar bebas. Padahal, komunis memiliki nilai dasar ekonomi tanpa kelas yang diatur negara. Berdasarkan kepingan-kepingan model-model negara komunis kontemporer diatas, dapatlah diambil beberapa aspek fundamental dari corak komunisme masa kini.
Meninjau pemikiran Marx, pokok dari komunisme dapat dikatakan dua hal yaitu cita-cita masyarakat komunal tanpa kelas dan perlawanan terhadap kapitalisme yang membawa kepemilikan pribadi. Dua hal itulah yang menjadi landasan berpikir organisasi-organisasi komunis yang kemudian berkembang menjadi tidak dibolehkannya sistem liberal dalam politik hingga memunculkan sistem diktator proletariat, atau pengalihan aset ekonomi menjadi milik negara. Intinya, jika dipetakan, konsep nilai-nilai yang dianut komunisme masa lalu meliputi:
1. Masyarakat komunal, tanpa kelas-kelas sosial
2. Nasionalisasi alat-alat produksi, nasionalisasi ekonomi (anti kepemilikan pribadi)
3. Pengaturan (regulasi) dan pengelolaan oleh pemerintah
4. Kesejahteraan sosial ekonomi merata, tiada kemiskinan (sama rasa sama rata)
5. Anti liberalisme-kapitalisme
Pada kenyataan sekarang, komunisme yang diwakili China, Nepal dan negara-negara Amerika Selatan seperti Kuba, Bolivia atau Venezuela memang masih banyak menganut paham diatas. Nepal yang baru memegang kekuasaan saja sudah menjanjikan kenaikan gaji PNS dan pembebasan budak. Ini merupakan langkah pembelaan terhadap kelas bawah. Mengapa pemerintah Maois Nepal tidak memprioritaskan pembentukan konsitusi, penataan infrastruktur pemerintahan baru, atau masalah praktis lainnya seperti pendidikan? Mengapa fokus pada masalah ekonomi dan kesejahteraan. Tak lain karena mereka memiliki sentimen pembelaan terhadap kelas proletar. Perkara memang saat itu masalah aktual adalah ekonomi yang lemah, tetapi paling tidak itulah idealismenya. Mereka juga mengatakan kepada publik akan melakukan nasionalisasi ekonomi yang menguasai hidup orang banyak. Kalau ini jelas bukan aliran liberal-kapital.
Sedangkan di China, komunisme menjadi acak-acakan. Bagaimana tidak, sejak zaman Mao, komunis mendapat campuran pemikiran Mao hingga memunculkan Maoisme. Hal ini terus berlanjut di masa Deng Xiaoping, Jiang Zemin hingga Hu Jianto. Mereka memasukkan pemikiran mereka dan membuat komunis memiliki nilai dasar dan cita-cita yang berbeda-beda tiap masa. Saat ini, dimasa Hu Jianto, China malah mendirikan pasar bebas dan sangat menghargai kepemilikan pribadi. Satu hal terakhir merupakan hal yang menjadi dasar berpikir Marx mendirikan komunis. Artinya, China tidak hanya mengacaukan pemikiran dan nilai-nilai komunis, bahkan telah berada pada posisi yang bertentangan dengan komunis. Sebagai bukti, para anggota PKC justru menindas yang lemah dengan menarik pajak tinggi pada petani desa. Justru PKC yang kapitalis, menindas kaum petani. Belum lagi masalah korupsi yang menjangkiti hampir semua oknum PKC. Mereka telah terbuai kapitalis dan melupakan cita-cita masyarakat proletar. Karena itu, hampir sulit untuk mengatakan China masih berpihak pada komunis. Yang ada justru China merombak komunis demi kepentingannya.
Meskipun PKC masih berkuasa dan melangsungkan pemerintahan totaliter hingga memiliki akses tak terbatas, agaknya itu bukan lagi demi kepentingan kapitalis. Marx pernah mengatakan bahwa pada masyarakat kapitalis, perubahan dilakukan harus dengan jalan negara diktator proletariat untuk memaksakan sistem kepemilikan bersama. Setelah tercapai, maka negara lenyap. Tetapi kenyataan di China menunjukkan negara diktator tidak demi kepentingan proletar, melainkan kepentingan politik para oknum PKC untuk melanggengkan kekuasaannya. Sehingga, komunis di China telah kini telah habis karena tidak ada geliat perjuangan nilai-nilai komunis.
Negara-negara Amerika Selatan justru mudah sekali dikenali apa yang diperjuangkan. Mereka sangat setia pada kaum kelas bawah. Lihat saja bagaimana Hugo Chaves dan Fidel Castro memimpin negara dan membuat kebijakan untuk kepentingan kelas bawah. Nasionalisasi ekonomi fundamental atau kepemilikan alat-alat produksi oleh negara diberlakukan sebagai tanda identitas komunis. Selain itu, mereka semua membenci liberalisme-kapitalisme dalam-dalam. Sentimen ini memperjelas jati diri, apa yang dicita-citakan dan nilai-nilai yang dianut oleh negara-negara komunis Amerika Latin.
Kesimpulannya, nilai dasar komunisme kini pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan komunisme pada masa lalu. Mereka tetap memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil dan menentang praktek penindasan oleh kapitalis, borjuis maupun feodalis. Hanya saja, sampai kini tidak ada tanda-tanda untuk menegakkan kehidupan komunal tanpa kelas. Entah karena masih proses, atau mereka mulai tak bisa menolak keniscayaan stratifikasi sosial dalam masyarakat hingga harus stratifikasi dan berusaha untuk menjaga jarak agar tidak timpang. Selain itu, komunisme masa kini tidak seekstrem dulu yang menentang kepemilikan pribadi dalam banyak hal samapi hal yang paling kecil. Tetapi ini, orang boleh memiliki barang secara pribadi, walau sangat terbatas. Manusia tidak boleh memiliki sesuatu secara pribadi untuk digunakan menindas orang lain. Singkatnya, nilai dasar komunisme kini lebih humanis dibanding sebelumnya. Kemudian, diantara negara-negara yang masih setia ikrar pada Marxist-Leninist, hanya China yang mendukung liberalisasi pasar. Secara keseluruhan, komunis masih tetap anti liberalisme dan kapitalisme. Selain itu terlalu dini mengatakan China bukan komunis lagi, karena PKC masih ada dan memiliki rancangan program. Katakanlah China masih komunis, berarti komunis telah bergeser paradigma sosial ekonominya bahwa kelas-kelas sosial tidak mungkin tiada, karena itu yang dikejar adalah masyarakat sejahtera semua kalangan, bukan masyarakat komunal.
Perjuangan sosial ideologi komunisme
Perjuangan ideologi, umumnya terbagi menjadi beberapa tahapan yaitu sosialisasi dan rekrutmen, pengorganisasian, perubahan sosial dan penyikapan ideologi lain. Marxist-Leninist memiliki dasar perjuangan ideologi sebagai berikut:
1. Sosialisasi dan rekrutmen sasarannya adalah kaum proletar (buruh) dan petani dan dikoordinasi langsung oleh partai komunis. Nilai-nilai yang disosialisasikan berkutat pada dua topik utama yaitu perlawanan terhadap liberal-kapital dan cita-cita masyarakat komunal
2. Pengorganisasian dilakukan secara militer dimana mereka dilatih perang dan dipersenjatai. Dalam tataran pemikiran, mereka didoktrin untuk membenci kepemilikan pribadi bahkan mereka dididik untuk tidak mengenal keluarga mereka
3. Perubahan sosial dilakukan melalui revolusi sebagai transisi dari masyarakat kapital menuju masyarakat komunis. Transisi ini melalui kekuasaan negara. Oleh karena itu target atau sasaran dari revolusi yang dilakukan komunis adalah merebut kekuasaan negara, lantas memerintah dengan diktator proletariat untuk merubah tata nilai dan sistem di masyarakat dari kapitalis menjadi komunis secara revolusioner dengan kekerasan dan menebar ketakutan. Setelah perubahan sosial terwujud, negara dilenyapkan.
4. Komunis menerapkan prinsip non kooperatif terhadap ideologi lain. Mereka tidak pernah sekalipun bekerja sama dengan ideologi lain. Bahkan mereka segera menumpas tuntas gerakan ideologi lain dalam negaranya. Cara-cara yang digunakan lebih keras dan tanpa ada pertimbagan etis. Satu-satunya pertimbangan adalah musuh tersingkir.
Umumnya, perjuangan ideologi itu fleksibel mengikuti konteks yang ada sejauh tidak bertentangan dengan nilai dasar ideologi. Artinya, perjuangan komunisme kini tentu berbeda dengan perjuangan pada masa lalu. Belum lagi adanya pergeseran nilai-nilai sebagaimana tersebut diatas, membuat perbedaan mungkin menjadi mencolok. Berdasarkan data diatas, benang merah garis perjuangan ideologi komunisme masa kini meliputi:
1. Sosialisasi dan rekrutmen dilakukan secara terbuka tetapi sedikit menggunakan kekerasan. Mereka lebih banyak menggunakan logika atau pemikiran. Dalam sosialisasi, mereka kini lebih banyak melakukan klarifikasi-klarifikasi atas klaim-klaim yang dianggap sudah usang sekaligus dalam rangka membangun citra komunisme yang positif dan humanis. Tidak ada lagi slogan cita-cita masyarakat komunal, tetapi masyarakat sejahtera tanpa penindasan. Teknisnya kebanyakan melalui buku-buku, majalah, diskusi dan artikel internet, seminar langsung hingga secara head to head. Selain itu yang agak berbeda adalah sasaran sosialisasi ini bukan lagi hanya kaum buruh dan petani. Komunisme masa kini justru membidik pasar generasi muda untuk dibangkitkan kesadaran sosialnya melawan penindasan liberal-kapital. Sementara rekrutmen kader dan masa dilakukan secara massal melalui media umum seperti organisasi legal, juga ada yang terorganisasi secara rahasia.
2. Pengorganisasian dilakukan dengan sangat rahasia, diarahkan untuk mencetak kader-kader militan yang membela habis-habisan komunisme. Kini, kader-kader komunis tidak dididik untuk menjadi kuat dan ahli kekerasan. Mereka dicetak untuk memiliki pemikiran kritis dan ideologis guna membangun masyarakat komunis baru.
3. Perubahan sosial kini tidak hanya dilakukan dengan revolusi berlumur kekerasan. Tetapi, mereka juga membuka diri untuk mengikuti ajang kompetisi pemilu secara prosedural dan terbuka serta mau kooperatif dengan pemerintah. Cara kekerasan memang masih dilakukan sebagaimana yang terjadi di Nepal melawan pemerintahan monarki. Tetapi, ketika diadakan perundingan damai, mereka juga mau secara prosedural melakukan pemilu. Begitu pula di negara Amerika Latin, pemberontakan terjadi melawan liberal-kapital. Akan tetapi setelah terbentuk, mereka juga menggunakan sistem pemilu prosedural. Dalam menancapkan nilai-nilai komunisme, tidak dilakukan dengan menebar ketakutan. Komunisme kini melakukan dengan pembangunan ekonomi yang didalamnya terkandung nilai-nilai komunis. Mereka juga mendidik anak-anak melalui sekolah, media massa dan keluarga. Sehingga, hegemoni nilai-nilai komunis kini dilakukan dengan cara yang humanis dan rasional.
4. Dalam menyikapi ideologi lain, komunis tetap mempertahankan prinsip non kooperatifnya. Hal ini tampak dari sikap anti liberalisme dan kapitalisme yang mengesankan mereka sungguh-sungguh tidak ingin dicampuri keduanya. Namun, mereka kini lebih terbuka untuk bekerja sama dalam kepentingan-kepentingan praktis yang tidak ideologis. Keadaan dunia yang relatif damai mungkin menjadi salah satu faktor yang menjadikan komunis tidak begitu ekstrem melawan segala bentuk kooperatif.
Intinya, upaya perjuangan ideologi komunisme kini tidak lagi banyak dilakukan dengan cara-cara radikal seperti pemberontakan atau perang militer. Mereka lebih fair berkompetisi dengan ideologi lain untuk merebut hati dan pikiran manusia. Dalam sistem pemerintahan, komunisme juga tidak menebar ketakutan. Tetapi mereka berusaha membangun ekonomi yang kuat tanpa kapitalis dan berorientasi pada pemerataan kesejahteraan. Semua itu menunjukkan bahwa komunisme kini telah berproses jadi lebih dewasa dengan rasionalitas dan sikap humanitas yang tinggi. Mereka berupaya menghindari sebisa mungkin cara kekerasan dalam proses perjuangan ideologi. Rasionalitas semakin tinggi, cara-cara yang dilakukan lebih halus dan terstruktur, tidak emosional. Selain itu, mereka memiliki konsep masyarakat ideal lebih matang dan rasional.
Gerakan politik dunia
Komunisme karangan Marx dan Lenin menganut prinsip politik eksklusif yang non kooperatif. Dalam mencapai kepentingannya, mereka cenderung bebas asal tujuan tercapai. Mirip dengan Machiaveli. Karena itu wajar melihat wajah komunisme yang brutal dengan pemberontakan dan kekerasan. Mereka juga memberlakukan sistem diktator proletariat untuk memaksakan terbentuknya tata sosial (social order) komunal. Intinya, politik komunisme meliputi Politik non kooperatif, Politik non prosedural, dan Politik dominatif-otoriter.
Bagaimana gerakan politik komunisme masa kini, dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan? Apakah memiliki corak yang sama dengan komunisme masa lalu? Pertama, politik adalah sesuatu yang tidak memiliki hukum pasti. Ia fokus pada tujuan, dan menggunakan cara yang kontekstual asal tidak bertentangan dengan nilai dasar. Setidaknya itulah etika politik. Sebagaimana diketahui bahwa Marx mengatakan kekerasan merupakan cara perubahan sosial paling efektif. Kredo ini tidaklah hilang dalam komunisme masa kini. Hanya, kekerasan didudukkan sebagai cara terakhir ketika sulit untuk melakukan cara baik-baik yang humanis. Hal ini terjadi di Kuba, Venezuela dan Nepal. Yang berbeda, komunisme masa kini dapat lebih kooperatif dengan musuh bahkan dalam kondisi yang menguntungkan pencapaian ideologi komunisme. Nepal yang melakukan pemberontakan selama 10 tahun, akhirnya sepakat mengadakan perjanjian damai dengan pemerintah. Bahkan ketika Maois Nepal telah menguasai pemerintahan, mereka tidak lagi membentuk pemerintahan otoriter. Apalagi di Amerika Latin, mereka malah menerapkan sistem politik demokratis dengan adanya pengawasan dari masyarakat yang cukup.
Penutup
Melihat komunis yang lebih humanis, wajar dunia memandang tidak dengan waspada. Bahkan, di internet kini forum-forum sosialis-komunis banyak diminati. Ini menunjukkan minat masayrakat untuk mempelajari komunis dan mengambil pemikiran positifnya. Tetapi, wajah komunisme yang lebih rasional dan humanis kini bukan berarti menurunkan kewaspadaan terhadap ideologi ini. Sejarah telah dengan sangat jelas menampakkan wajah komunis yang beringas dan menggunakan segala cara. Tekanan sosial dan moral dunia jelas telah membuat citra komunis jatuh dan tidak men-dapat tempat di hati dan pikiran masyarakat. Bisa jadi, ini semua adalah topeng yang ditampilkan komunis hingga pada saatnya nanti mereka menerapkan praktek-praktek yang sama seperti dahulu. Atau memang, kini Liberalisme telah benar-benar mampu merusak dan menggeser falsafah dasar komunis hingga lebih humanis. Pilihan pertama atau kedua, sama-sama tidak menguntungkang bagi Islam karena baik komunisme atau liberalisme sama-sama berpotensi merusak dan menghancurkan nilai-nilai Islam dan perjuangannya.
Daftar Pustaka
Wibowo, I. Belajar Dari China. Jakarta: Kompas Media Nusantara. (2004)
Bagun, Rikard. Gemuruh Simfoni Sosialisme. KOMPAS
http://chinarisenow.blogspot.com
Pattiradjawane, René L. Revitalisasi PKC Era Modern. KOMPAS
[1] Nilai dasar adalah cita-cita ideologi yang ingin dicapai, sedangkan perjuangan ideologi adalah upaya perwujudan ideologi yang meliputi sosialisasi nilai, perekrutan, pengorganisasian sampai perubahan sosial.
[2] Filsafat Materialisme Darwin dan Feurbach pada intinya menanggap substansi realitas adalah materi. Maka tidak diakui adanya Tuhan ataupun agama. Selain itu, manusia dianggap sebagai evolusi dari lingkungan
[3] Filsafat Dialektika Hegel yang mempercayai setiap realitas senantiasa melakukan gerak perubahan dialektis
[4] Gerak dialektika realitas itu berbentuk spiral keatas. Jadi perubahan yang sirkular selalu mengarah pada kualitas yang lebih baik, sedang perubahan itu hanya pada realitas material
[5] Prinsip materialisme historis ialah dialektika sejarah manusia dari komunal primitif, bergerak secara alamiah menjadi borjuasi, kapitalis hingga puncaknya komunisme sejati. Keniscayaan ini menjadi kredo komunisme
[6] I Wibowo, Belajar dari China, Jakarta: Kompas Gramedia (2007) hal 53
[7] Partai itu “memimpin” rakyat Cina, termasuk negara. Maka PKC itu (1) merumuskan kebijakan, (2) melaksanakan kebijakan dan (3) mengawasi pelaksanaan kebijakan itu. Kekuasaan semacam ini sungguh masif. Yang merumuskan kebijakan adalah Politbiro yang terdiri dari kurang-lebih 25 orang. Walaupun Politbiro ada di bawah Komite Sentral (yang terdiri dari kurang-lebih 200 orang), Politbiro pada umumnya dapat mengambil keputusan sendiri, bahkan Politbiro dapat meminta keputusannya itu disahkan oleh sidang Komite Sentral (setiap bulan Septemer-Oktober). Kebijakan yang diputuskan meliputi apa saja, tidak terkecuali keputusan mengenai keijakan ekonomi. Partai pula yang melaksanakan kebijakan. Ini dapat terjadi karena semua aparat birokrasi adalah “kader-kader” Partai. Keputusan Politbiro dilaksanakan oleh Perdana Menteri yang adalah anggota partai dan dibantu oleh menteri-menteri yang anggota Partai, demikian seterusnya sampai ke tingkat desa.
[8] Disunting dari Rikard Bagun, Gemuruh Simfoni Sosialisme, KOMPAS
No comments:
Post a Comment