Sejarah Perjuangan Kesultanan Melaka, Menghadapi Penjajahan Portugal di Malaka Menu Sejarah Manusia

"Perhatikan Masa Lalu mu, untuk hari esok mu"

Post Top Ad

Thursday 4 December 2014

Sejarah Perjuangan Kesultanan Melaka, Menghadapi Penjajahan Portugal di Malaka


Kesultanan Malaka eksis pada tahun 1400–1511. Menurut Sulalatus Salatin kerajaan ini merupaken kelanjutan dari Kerajaan Melayu di Singapura, kemudian serangan Jawa & Siam menyebabkan pusat pemerintahan berpindah ke Malaka. Kronik Dinasti Ming mencatat Parameswara sebagai pendiri Malaka mengunjungi Kaisar Yongle di Nanjing pada tahun 1405 & meminta pengakuan atas wilayah kedaulatannya. Sebagai balasan upeti yg diberikan, Kaisar Cina menyetujui untuk memberikan perlindungan pada Malaka, kemudian tercatat ada sampai 29 kali utusan Malaka mengunjungi Kaisar Cina. Pengaruh yg besar dari relasi ini ialah Malaka dapat terhindar dari kemungkinan adanya serangan Siam dari utara, terutama sesudah Kaisar Cina mengabarkan penguasa Ayutthaya akan hubungannya dengan Malaka.



Keberhasilan dlm hubungan diplomasi dengan Tiongkok memberi manfaat akan kestabilan pemerintahan baru di Malaka, kemudian Malaka berkembang menjadi pusat perdagangan di Asia Tenggara, & juga menjadi salah satu pangkalan armada Ming. Laporan dari kunjungan Laksamana Cheng Ho pada 1409, mengambarkan Islam telah mulai dianut oleh masyarakat Malaka, sementara berdasarkan catatan Ming, penguasa Malaka mulai mengunakan gelar sultan muncul pada tahun 1455. Sedangkan dlm Sulalatus Salatin gelar sultan sudah mulai diperkenalkan oleh penganti berikutnya Raja Iskandar Syah, tokoh yg dianggap sama dengan Parameswara oleh beberapa sejarahwan. Sementara dlm Pararaton disebutkan terdapat nama tokoh yg mirip yaitu Bhra Hyang Parameswara sebagai suami dari Ratu Majapahit, Ratu Suhita. Namun kontroversi identifikasi tokoh ini masih diperdebatkan sampai sekarang.

Pada tahun 1414 Parameswara digantikan putranya, Megat Iskandar Syah, memerintah selama 10 tahun, kemudian menganut agama Islam & digantikan oleh Sri Maharaja atau Sultan Muhammad Syah. Putra Muhammad Syah yg kemudian menggantikannya, Raja Ibrahim, mengambil gelar Sri Parameswara Dewa Syah. Namun masa pemerintahannya hanya 17 bulan, & dia mangkat karena terbunuh pada 1445. Saudara seayahnya, Raja Kasim, kemudian menggantikannya dengan gelar Sultan Mudzaffar Syah. Kesultanan Malaka ialah sebuah Kerajaan Melayu yg pernah berdiri di Malaka, Malaysia. Kerajaan ini didirikan oleh Parameswara, kemudian mencapai puncak kejayaan di abad ke 15 dengan menguasai jalur pelayaran Selat Malaka, sebelum ditaklukan oleh Portugal tahun 1511. Kejatuhan Malaka ini menjadi pintu masuknya kolonialisasi Eropa di kawasan Nusantara.

Kerajaan ini tak meninggalkan bukti arkeologis yg cukup untuk dapat digunakan sebagai bahan kajian sejarah, namun keberadaan kerajaan ini dapat diketahui melalui Sulalatus Salatin & kronik Cina masa Dinasti Ming. Dari perbandingan dua sumber ini masih menimbulkan kerumitan akan sejarah awal Malaka terutama hubungannya dengan perkembangan agama Islam di Malaka serta rentang waktu dari pemerintahan masing-masing raja Malaka. Pada awalnya Islam belum menjadi agama bagi masyarakat Malaka, namun perkembangan berikutnya Islam telah menjadi bagian dari kerajaan ini yg ditunjukkan oleh gelar sultan yg disandang oleh penguasa Malaka berikutnya. Sampai tahun 1435, Malaka memiliki hubungan yg dekat dengan Dinasti Ming, armada Ming berperan mengamankan jalur pelayaran Selat Malaka yg sebelumnya sering diganggu oleh adanya kawanan perompak & bajak laut.

Masa kejayaan Malaka
Saat m asa pemerintahan Sultan Mudzaffar Syah, Malaka melakukan ekspansi di Semenanjung Malaya & pesisir timur pantai Sumatera, sesudah sebelumnya berhasil mengusir serangan Siam. Di mulai dengan menyerang Aru yg disebut sebagai kerajaan yg tak menjadi muslim dengan baik. Di bawah pemerintahan raja berikutnya yg naik tahta pada tahun 1459, Sultan Mansur Syah, Melaka menyerbu Kedah & Pahang, & menjadikannya negara vassal.

Di bawah sultan yg sama Johor, & Siak juga takluk. Dengan demikian Melaka mengendalikan sepenuhnya kedua pesisir yg mengapit Selat Malaka. Sultan Mansur Syah kemudian digantikan oleh putranya Alauddin Riayat Syah & kemudian digantikan oleh putranya Sultan Mahmud Syah.

Raja-raja Kesultanan Malaka
1405-1414: Pai-li-mi-sul-la, Parameswara, Raja Iskandar Syah, Paramicura
1414-1424: Mu-kan-sa-yu-ti-er-sha,Megat Iskandar Syah,Raja Kecil Besar, Raja Besar Muda, Chaquem Daraxa
1424-1444: Hsi-li-ma-ha-la-che, Sri Maharaja,Sultan Muhammad Syah, Raja Tengah
1444-1445: Hsi-li-pa-mi-hsi-wa-er-tiu-pa-sha, Sri Parameswara Dewa Syah, Sultan Abu Syahid, Sultan Muhammad Syah:
1446-1459: Su-lu-t’an-wu-ta-fo-na-sha, Sultan Mudzaffar Syah, Sultan Modafaixa
1459-1477: Sultan Mansur Syah
1477-1488: Sultan Alauddin Riayat Syah
1488-1511: Sultan Mahmud Syah

Perlawanan Sultan Mahmud Syah Terhadap Kedatangan Portugal di Malaka
Sultan Mahmud Syah memerintah Malaka sampai tahun 1511, saat ibu kota kerajaan tersebut diserang pasukan Portugal di bawah pimpinan Afonso de Albuquerque. Serangan dimulai pada 10 Agustus 1511 & pada 24 Agustus 1511 Malaka jatuh kepada Portugal. Sultan Mahmud Syah kemudian melarikan diri ke Bintan & menjadikan kawasan tersebut sebagai pusat pemerintahan baru.

Perlawanan terhadap penaklukan Portugal berlanjut, pada bulan Januari 1513 Patih Yunus dengan pasukan dari Demak berkekuatan 100 kapal 5000 tentara mencoba menyerang Malaka, namun serangan ini berhasil dikalahkan oleh Portugal. Selanjutnya untuk memperkuat posisinya di Malaka, Portugal menyisir & menundukkan kawasan antara Selat Malaka. Pada bulan Juli 1514, de Albuquerque berhasil menundukkan Kampar, & Raja Kampar menyatakan kesediaan dirinya sebagai vazal dari Portugal di Malaka.

Sejak tahun 1518 sampai 1520, Sultan Mahmud Syah kembali bangkit & terus melakukan perlawanan dengan menyerang kedudukan Portugal di Malaka. Namun usaha Sultan Malaka merebut kembali Malaka dari Portugal gagal. Di sisi lain Portugal juga terus memperkokoh penguasaannya atas jalur pelayaran di Selat Malaka. Pada pertengahan tahun 1521, Portugal menyerang Pasai, sekaligus meruntuhkan kerajaan yg juga merupaken sekutu dari Sultan Malaka. Selanjutnya pada bulan Oktober 1521, pasukan Portugal dibawah pimpinan de Albuquerque mencoba menyerang Bintan untuk meredam perlawanan Sultan Malaka, namun serangan ini dapat dipatahkan oleh Sultan Mahmud Syah. Namun dlm serangan berikutnya pada 23 Oktober 1526 Portugal berhasil membumihanguskan Bintan, & Sultan Malaka kemudian melarikan diri ke Kampar, tempat dia wafat dua tahun kemudian.

Berdasarkan Sulalatus Salatin Sultan Mahmud Syah kemudian digantikan oleh putranya Sultan Alauddin Syah yg kemudian tinggal di Pahang beberapa saat sebelum menetap di Johor. Kemudian pada masa berikutnya para pewaris Sultan Malaka sesudah Sultan Mahmud Syah lebih dikenal disebut dengan Sultan Johor. Di bawah perlindungan Ming, Malaka berkembang menjadi pelabuhan penting di pesisir barat Semenanjung Malaya yg tak dapat disentuh oleh Majapahit & Ayutthaya. Namun seiring berubahnya kebijakan luar negeri Dinasti Ming, Kawasan ujung tanah ini terus diklaim oleh Siam sebagai bagian dari kedaulatannya sampai Malaka jatuh ke tangan Portugal, & sesudah takluknya Malaka, kawasan Perlis, Kelantan, Terengganu & Kedah kemudian berada dlm kekuasaan Siam.



Sulalatus Salatin juga mengambarkan kedekatan hubungan Malaka dengan Pasai, hubungan kekerabatan ini dipererat dengan adanya pernikahan putri Sultan Pasai dengan Raja Malaka & kemudian Sultan Malaka pada masa berikutnya juga turut memadamkan pemberontakan yg terjadi di Pasai. Ma Huan juru tulis Cheng Ho menyebutkan adanya kemiripan adat istiadat Malaka dengan Pasai serta ke dua kawasan tersebut telah menjadi tempat pemukiman komunitas muslim di Selat Malaka. Sementara kemungkinan ada ancaman dari Jawa dapat dihindari, terutama sesudah Sultan Mansur Syah membina hubungan diplomatik dengan Batara Majapahit yg kemudian meminang & menikahi putri Raja Jawa tersebut. Selain itu sekitar tahun 1475 di Jawa juga muncul kekuatan muslim di Demak yg nanti turut melemahkan hegemoni Majapahit atas kawasan yg mereka klaim sebelumnya sebagai daerah bawahan. Adanya keterkaitan Malaka dengan Demak terlihat sesudah jatuhnya Malaka kepada Portugal, tercatat ada beberapa kali pasukan Demak mencoba merebut kembali Malaka dari tangan Portugal.

No comments:

Post a Comment

Post Top Ad