Motif komunikasi adalah sebab-sebab
manusia menyampaikan pesan kepada orang lain.
Dengan berprinsip pada pada paradigma ketiga dimana kajian komunikasi
mengandung unsur kesengajaan. Namun karena manusia terdiri dari alam sadar dan
tidak sadar, jadi derajat kesengajaannya sulit di tentukan. Manusia
menyampaikan pesan karena memilki motif. Hanya saja ada motif-motif yang
disadari karena berada dari alam bawah sadar dan karenanya bersifat proaktif,
relatif terencana. Namun terdapat motif-motif komunikasi yang tidak di sengaja
datang dari alam bawah sadar, yang muncul seketika, reaktif, dan relatif tidak
terencana. Sebab itulah setiap perilaku memilki potensi komunikasi, walaupun
tidak semua tingkah laku manusia berujung komunikasi. Dalam hal ini film
“Filosofi Kopi” juga syarat akan motif komunikasi.
Paradigma 1, 2,
dan 3 sepakat bahwa objek kajian mereka adalah penyampaian pesan antar manusia.
Kepada makhluk selain manusia, bukan merupakan objek kajian ilmu komunikasi
karena mencederai kriteria objek materianya. Jadi, ketiganya sependapat bahwa
yang dikaji hanyalah penyampaian pesan antarmanusia. Mereka pun sepakat bahwa
tanpa pesan, tidak ada komunikasi dan tidak ada objek kajian ilmu komunikasi.
Setiap tingkah laku manusia dapat dimaknai pesan. Tapi, tidak semua tingkah
laku manusia adalah pesan, karena menurut paradigma 3, pesan adalah segala
penggunaan akal budi manusia yang disampaikan untuk mewujudkan motif
komunikasi. Hakikatnya, pesan adalah sifatnya abstrak.
Film Filosofi Kopi besutan
sutrada ternama Angga Sasongko mendapat apresiasi yang luar biasa. Pasalnya
film yang dirilis 09 April 2015 itu mendapat banyak penghargaan, salah satunya
Best Ensemble Performance di World Premieres Film Festival 2015 di Manila,
Filipina. Film yang diadaptasi dari novelis terkenal Dewi Eka Lestari yang
akrab disapa DEE, menceritakan seorang anak petani kopi yang bernama Ben yang
lahir dan tumbuh di perkebunan kopi. Menginjak umur 12 tahun, karena suatu
permasalahan Ben pergi meninggalkan orang tuanya dan bertemulah ia dengan Jody
yang menjadi sahabatnya. Setelah dewasa, mereka membangun kedai kopi yang bernama “Filosofi Kopi”.
Dewasa ini pada umumnya
masyarakat Indonesia, menjadikan kopi sebagai minuman pendamping saat santai.
Tapi sedikit masyarakat Indonesia yang paham filosofi dari kopi yang ia minum. Bagaimana
diungkapkan pada awal film dimana Ben seorang barista menjelaskan kepada
seorang pelanggannya filosofi dari kopi tubruk. “Kopi tubruk adalah kopi yang
sederhana, tapi apabila kita mengenal lebih dalam dia akan sangat memikat.
Sedangkan kopi capucino bermakna genit karena capucino di buat dengan seanggun
munkin, dan dengan ketebalan berisisi. Karena copucino cocok bagi orang yang
menyukai keindahan dan kelembutan.” Begitu tutur Ben menjelaskan Filosofi dari
kopi tubruk. Disini bagaimana pemaparan dari Ben merupakan motif dari
komunikasi yang menjelaskan kepada penonton bahwa kopi bukan hanya penghilang
dahaga saja, tetapi juga kaya akan makna.
Dalam film ini juga melihatkan
bagaimana budaya kopi di Indonesia masih sangat kental. Hal ini terlihat dari
banyaknya pelanggan di kedai filosofi kopi, dan juga mempopulerkan kopi
Indonesia di kanca luar negeri. Hal ini dinyatakan ketika El mengungkapkan bahwa kopi di Indonesia
merupakan biji kopi terbaik di dunia. dan
Indonesia merupakan negara penghasil kopi terbesar nomor tiga di dunia
dibawah Brazil dengan 2000 dan Vietnam 1600, sedangkan Produkttifitas kopi di
Indonesia menembus angka 700, dan di perkirakan akan terus meningkat.
Perbedaan motif
komunikasi dapat menimbulkan konflik, hal ini terlihat dari perdebatan panjang
antara Ben dan Jody. Dimana motif komunikasi dari Ben adalah agar kedai
“Filosofi Kopi” lebih mengutamakan kenikamtan kopi dari pada keuntungan ekonomi
semata. Tetapi motif komunikasi dari Jody malah sebaliknya, yaitu lebih
mengutamakan keuntungan dari pada kenikmatan dari kopi. Dalam permasalahan itu juga
berkaitan dengan teori yang di kemukakan oleh Carl I. Hovland bahwa “komunikasi
adalah proses yang memungkinkan seorang (komunikator) menyampaikan rangsangan
(biasanya lambang lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain
(komunikan).” Tetapi pada akhirnya Ben
harus mengalah dalam perdebadan dengan Jody karena pada dasarnya mereka
memiliki field of experience/bidang
pengalaman dan frame of refence/
kerangkaan acuan yang sama. Dimana Ben dan Jody sekolah di luar negeri
menggunakan uang Ayah Jody, sehingga motif dari Ben yang lebih mengutamakan
cita rasa kopi harus di kesampingkan, karena Ayah jody lah yang membayarkan Ben
sekolah, dan Ben merasa bertanggung jawab atas hutang Ayah Jody.
Ketika Ben dan Jody
dihadapkan pada tantangan untuk membuat kopi terbaik di Jakarta maupun
Indonesia, dan akan dibayar 100 juta kalau ia menang, ternyata hal tertuga malah
keluar dari mulut Ben, ia menantang Pak Hadi Surya sebagai investor agar
menaikan tantang menjadi 1 miliyar. Kalau Ben dan Jody menang ia menerima uang
1 milyar dan dapat melunasi utang Ayah Jody, tapi seandainya kalau ia kalah
malah sebaliknya, Itu akan menjadi bumerang yang akan membebani mereka, tetapi
dengan keyakinan Ben untuk membuat kopi terbaik di Indonesia, pada akhirnya
membuat Jody terpengaruh dengan Ben, dan yakin bahwa ia akan membuat kopi
terbaik di Indonesia. Keberanian dan kenekatan Ben berusaha membuktikan bahwa
keputusannya, merupakan suatu yang benar.
Motif selanjutnya dari
film “Filosofi Kopi” ialah dimana penonton di ajak memasuki kedalam suasana
persahabatan yang erat antara Ben dan Jody walau dilain sisi mereka sering
berbeda pendapat. Hal ini terlihat ketika percakapan antara Jody dan Je. Dimana
Jody meminta tolong kepada Je agar menggadaikan sertifikat kedai kopinya. Tetapi
karena gagal menggadaikan serifikat kedai “filosofi kopi”, Je meminta Jody
untuk bekerja kepada orang lain dan menjual kedai kopinnya. Tetapi Jodi karena
merasa kasihan dengan Ben, Jody memutuskan tidak menjual kedai kopi tersebut
dan mempertahankannya. Terlihat bagaiamana Jody masih terikat pada “romansa
masa lalu”.
Pada saat Ben menghirup
secangkir kopi dan memperhatikan satu keluarga yang dimana ayah dan sang anak
sedang asyik bermain kembang api, disitu raut wajah Ben berubah sedih, karena
pengalaman pahit yang ia dapatkan dari ayahnya pada masa lalu. Ia terpaksa
meninggalkan Ayahnya pada umur 12 tahun karena sang ayah melarangnya untuk
membuat kopi lagi, dan makna tersiratnya dari air muka Ben, adalah ia merasa
iri kepada keluarga yang harmonis, karena ia tak pernah merasakan kehangatan
keluarganya ketika ibunya telah tiada. Motif komunikasi
Pada saat seorang abg
menanyakan pasword wifii kepada Jody, dan Jody menjawab bahwa di kedai
“filosofi kopi” tidak ada wifii, dan abg tersebut memilih tidak membeli kopi
tersebut karena tidak ada wifii. Hal ini terlihat bagaimana penonton
diperlihatkan suatu fenomena , dimana sekolompok abg tersebut tidak lagi menjadikan
kenikmatan kopi sebagai daya tarik, tapi teralih kepada sebuah fasilitas yang
di sajikan di kedai tersebut, seperti wifii. Dan setelah peristiwa tersebut
Jody terpengaruh oleh komunikasi yang di sampaikan abg tersebut, dan Jody
meminta saran kepada Ben agar kedai filosofi kopi di pasangkan wifii agar
menaikan bajet 2 kali lipat. Tetapi Ben menolak karena masih terikat budaya
lama.
Pada suatu hari Jody
didatangi oleh El yang sedang riset untuk membuat buku tenatng kopi. Jody
menjelaskan bahwa kopi yang di buat Ben merupakan kopi yang sempurna dan
terbaik di Indonesia, ternyata itu di bantah oleh El yang telah berkeliling
Indonesia untuk menikmati kopi. El menyatakan bahwa kopi tiwus lah yang paling
enak yang pernah ia rasakan, hal itu membuat Ben marah karena hasil kerja
kerasnya di anggap remeh. Setelah melihat kredibel dari El ia percaya bahwa El
tidak berbohong, dan jody ingin menemui Pak Seno yang dikatakan El. Dan sebagai
barista di filosofi kopi Ben harus juga pergi ketempat pak seno, tetapi Ben
menolak untuk pergi ketempat Pak seno, karena ia memiliki trauma terhadap kebun
kopi. Pasalnya pada saat kecil Ben pernah melihat ayahnya yang di pukuli oknum,
karena menolak perkebunan kopinya diganti dengan sawit. Pada suatu kejadian Na
yang menjadi pekerja di filosofi kopi menjatuhkan biji kopi, ternyata hal itu
di sebabkan oleh suaminya yang kecelakaan dan diarawat di rumah sakit. Hal itu
melecut Ben untuk melawan traumannya agar filosofi kopi dapat bertahan dan
dapat membantu suaminya Na. Hal itu terlihat bagaimana sang sutradara membawa
penonton terhanyut dalam solidaritas antar pekerja.
Awal proses pembentukan
konsep-diri sangat dipengaruhi oleh
siapapun yang mengasuh kita pertama kali. Pada umumnya adalah keluarga keluarga
dan orang-orang yang berada disekitar kita, mereka ini disebut sebagai significant other. Hal ini terlihat dari
diri Ben, ia terlahir dan tumbuh pada keluarga petani kopi, sehingga
mempengaruhi diri Ben. Sejak kecil ia telah teropsesi dengan namanya kopi, dan
ia ingin menjadi yang terbaik. Ben
berani mengambil resiko demi opsesinya, ia meninggalkan keluarganya demi
sesuatu yang ia anggap benar, dan pada akhirnya itu terbukti.
Mendengar perkataan dari
El bahwa kopi pak seno merupakan kopi terbaik yang pernah yang ia minum membuat
Ben naik pitam, ditambah Jody yang menyatakan hal yang sama. Dengan nada tinggi
Ben meminta penjelasan kepada Pak Seno cara pembuatan kopi tiwus dari awal
sampai akhir, dan ia berani sanggup membayar berapa yang dimintak Pak Seno
untuk rahasia kopinya. Pak Seno menjelaskan bahwa kopinya tidak memiliki
rahasia tapi Pak Seno menanam kopi dengan penuh kasih sayang, seperti hal
manusia ataupun hewan. Sehingga kopi yang dihasilkan juga maksimal. Hal ini
dimana motif komunikasi dari tokoh Pak
Seno ialah menjaga lingkungan dengan penuh kasih sayang, karena mereka juga
makhluk hidup sama halnya dengan manusia.
Pada saat pertemuan
dengan Pak seno, Jody bertanya kenapa kopi ini dinamakan tiwus ?, dan pak seno
menjawab bahwa tiwus itu adalah nama dari anaknya yang telah meninggal. Permulaannya
ketika Pak Seno dan Istrinya memutuskan untuk pindah kedesa yang ia tepati
sekarang, Tiwus menolak hal tersebut karena cintanya kepada desa yang ia tepati
waktu itu, ternyata perkataan Tiwus benar setelah Keluarga Pak Seno pindah ke
desa sekarang yang ia tepati terjadi wabah penyakit yang membuat Tiwus
meninggal, dan Pak Seno sangat menyesal dengan keputusannya, dan ia ingin minta
maaf kepada Tiwus karena keputusannya anaknya meninggal. Hal ini membuktikan
bahwa orang tua tidaklah selalu sempurna, dan juga harus mendengarkan perkataan
anaknya. Mendengar kejadian tersebut Jody, Ben, dan El merasa sedih, karena kejadian tersebut
tidaklah baru bagi mereka. Mereka menyesal karena ketidak mengertian mereka
terhadap orang tua mereka, karena orang tua tidak sempurna.
Ben bertahun-tahun
mempelajari tentang kopi, dan telah menempa ilmu sampai keluar negeri.
Berhari-hari ia riset untuk menghasilkan kopi yang sempurna, dan semua kerja kerasnya
berminggu-minggu mengahasilkan secangkir kopi yang ia beri nama perfekto. Kopi ini dibuat dari biji
kualitas tinggi dan di olah melalui ketelitian tinggi untuk menghasilkan kopi
yang sempurna. Ternyata barista yang telah membuana keluar negeri di kalahkan
oleh pembuat kopi di desa, yang bernama Pak Seno. Penyebab kekalahan Ben dari
Pak Seno adalah Ben hanya membuat kopi untuk opsesi, sedangkan Pak Seno membuat
kopi dengan cinta. Biji kopi yang berharga mahalpun tidak ada duanya dengan
biji kopi pak tiwus, karena biji kopi Pak Tiwus ditanam dengan cinta, seperti
cintanya kepada Tiwus anaknya. Semua yang dilakukan dengan hati akan
menghasilkan hasil yang masksimal.
Sekarang uang sekarang
bisa menjadi perwakilan dari kata-kata, ingin terlihat dari bagaimana Ben
melampiaskan kekalahannya dengan memberi uang kepada Pak Seno. Tetapi Pak Seno
menolaknya, karena ia membuat kopi bukan untuk uang, tetapi karena ia
mencintainya, Semuanya tidak bisa di beli dengan uang. Karena kejadian tersebut
mensadarkan Ben bahwa uang bukanlah landasan utama untuk membuat kopi, tetapi
ada unsur yang lebih kuat yaitu kecintaannya dengan kopi. Setelah kejadian
tersebut Ben memutuskan untuk pensiun menjadi barista, setelah memenangkan
taruhan dengan investor tersebut. Dan ia memutuskan untuk hidup dengan ayahnya.
Ben kembali kekampung
halamannya, dan ia kembali bertemu dengan ayahnya. Ternyata disana ia menemukan
kebenaran yang sebenarnya, kenapa ayahnya dulu melarang keras Ben membuat kopi
yang merupakan fashion nya. Pesan
yang berada di tangan ibu Ben menjelaskan seluruhnya“Kalau tidak berhenti,
anakmu juga mati”. Sehingga ayah Ben harus melarang anaknya untuk membuat kopi,
untuk mencegah anaknya dari bahaya.
Tetapi dulu ayahnya tidak pernah menjelaskan kepada Ben perihal tersebut,
sehingga terjadi kesalahan makna dari Ben, yang mengartikan tindakan ayahnya.
Seoarang ayah dengan tulus merelakan anaknya pergi untuk menggapi tujuannya,
walau ia harus kembali hidup sendirian, karena pada hakikatnya orang tua
bahagia melihat anaknya bahagia, walaupun ia tidak lagi bersamanya. Tetapi yang
perlu Ben ingat bahwa ia memiliki tempat untuk ia pulang begitu pesan ayah ben.
Sesempurnannya kopi pasti tetap memiliki rasa pahitnya, dalam hal ini
pesan moral yang tergantung adalah dimana kesempurnaan itu tidak lah bisa,
tetapi dengan hati yang tulus dan kerja keras maka hasil yang maksimal akan
didapatkan.
No comments:
Post a Comment