EKSPANSI KOLONIAL KELUAR JAWA ( 1878 – 1907)
PERANG BATAK
1. Sebab Perang
Perang Batak atau perang Si Singa Mangaraja dimulai dari tahun 1878 – 1907 yang terjadi selama 29 tahun. Perang batak ini terjadi disebabkan kedatangan bangsa Belanda kepedalaman Batak yang waktu itu dipimpin oleh Si Singa Mangaraja XII sebagai ahli waris dari Si Singa Mangaraja XI yang masih bebas dari bangsa Belanda. Daerah Batak ini terletak di Danau Toba dan sekitarnya, Batak merupakan sebuah daerah yang tentram dan damai karena terhindar dari pertentangan dan ketagangan dan juga masyarakat disekitar ini percaya kepada pemimpin mereka yang akan menjaga kesalamatan mereka semuanya.
Masyarakat sekitar sangat susah menerima pengaruh dari luar yang meraka anggap sebagai penganggu tradisi mereka, namun hal ini tidak bisa dihindari lagi karena pemerintahan Hindia Belanda selalu ingin memperluas pemerintahan mereka. Sebelumnya sudah ada juga pada masa VOC tetapi tidak begitu berpengaruh. Tapi sejak ahir abad ke XIX pemerintaha Hindia Belada selalu mengirim ekspedisi mereka untuk melakukan penaklukan dan pendudukan sehingga membentuk daerah pamong praja disana.
Setelah perang paderi berakhir, Hindia Belanda bergerak menuju daerah sekitar termasuk daerah sekitar Danau toba terjadilah pendudukan dan selanjutnya Hindia Belanda membentuk keresidenan disana. Dalam pebentukan keresidenan Daerah Batak yang berda disebelah utara dimasukan kedalam keresidenan Tapanuli termasu daerah Sipirok yang belum didudukinya dimasukan kedalam keresidenan tersebut dan beberapa kepala huta harus berjanji dan tundudk kepada pemerintahan Hindia Belanda. Setelah daerah Sipirok dan tapanuli di ambil alih oleh Belanda terbukalah jalan menuju Silidung dan Toba, sehingga kedaulatan tanah batak mulai terancam.
Pemerintaah Hindia Belanda mengirim beberapa Residen[1] untuk meneliti daerah perdalaman Batak. Dari penyelididkan diketahui Daerah batak belum memiliki agama resmi sehingga terniatlah oleh pihak Belanda untuk menyebarkana agama keristen ditanah Batak tersebut. Untuk kepentingan gama dikirimlah Dr.N.Van Der Tuuk, pada tahun 1849 ia sampai di Barus dan berusahan menyusup kedaerah Toba . kedatangannya disambut dengan kebencian oleh rakyat Toba sehingga ia hampir terbunuh tetapi karena menimpu rakyak ia mengaku sebagai keluarga Si Singa Mangaraja X yang tewas dalam perang paderi dan juga diperkuat oleh raja Lumbung ia bisa membebaskan diri dari ancaman tersebut. Tahun 1853 ia diterima oleh Si Singan Mangaraja XI di Bakkara. Sejak tahun 1960 agama keristen banya memasuki daerah Danau Toba pos – pos Zeding juga mulai berdiri didaerah tersebut. Sejalan dengan itu pemerintaha Hindia Belanda mengerkan pasukan meliternya ke daerah Barus dan Singkel dan memasukan perdalam Aceh. Dalam keadaan yang sama Si Singa Mangaraja XI meninggal dan digantikan dengan Patuang Bosar Ompu Pulo Batu yang bergelar SI Singan Mangaraja XII.
Melihat kondisi masyarakat sekitar Si Singa Mangaraja XI, takut agama keristen akan berkembang dan banyak dipeluk oleh rakyatnya, disisi lain ia juga takut kedudukankya tidak dianggap lagi maka yang ditakutkan lagi oleh Si Singa Mangaraja terputusnya hubungan antara rakyat dan pimpinan negerinya yang dahulu sangat ketat sehingga hal inilah yang menyebabakan Si Singa Mangaraja berusaha untuk mengusir Belanda dari tanah Batak.
2. Jalanya Perang
Puncak meledaknya perang ini dimana orang – orang dari Si Singa Mangaraja membakar zeding – zeding dan juga membakar rumah – rumah, hal ini juga dipacu oleh pihak Belanda dimana terdengar bahwa pasuka Si Singa Mangaraja XII dengan batuan Aceh telah siap untuk perang di Slindung. Sehingga inilah yang menyebabkan Belanda panas dan langsung pergi ke Silindung untuk menyelamatkan rakyat yang beragama Keristen disana[2], masukan pasukan meliter Belanda disambut oleh Si Singa Mangaraja dengan pernyataan perang maka tahun itu juga meletus perang di Silidung.
1 Februari 1987 untuk memperkuat pasukan Belanda di Slindung pasukan Belanda diberangkatkan dari Sibolga dibawah pimpinan Kapten Scheltes yang terdiri dari 2 opsir, 25 orang prajurit Eropa dan 35 orang Prajurit Pribumi dll. 6 februari mereka sampai di Pea Raja kepala kampung dikumpulkan dan meraka menuu Sipoholong dangan tujuan menduduki Bahal Batu, dalam hal ini rakyat Batak memiliki 2 macam benteng yag sangat sulit ditembus oleh pihak lawan[3].
Bulan februari 1987, ketika Si Singa Mangaraja megetahui bahwa pasukan Belanda telah sampai di Bahal Batu ia segera ke Balige untuk mengumpulkan rakyat dan menyusun kekuatan untuk melawan musuh. 700 orang pasukan Si Singa Mangaraja langsung menyerang kubu – kubu pertahanan musuh. Pihak Belanda melakukan serangan balik sehingga terjadilah pertempuran yang sengit di Bahal Batu. Namun melihat persenjataan yang berbanding terbalik pihak Si Singa Mangaraja berserta pasukannya mundu, hasilnya Belanda berhasil menduduki tempat tersebut.
7 maret 1987 Belanda mendapat bantuan dibawah pimpinan FJ Engel pasukan ini disertai dengan residen Sibolga dan pendeta Nommesen. Pada saat itu pertempuran terus merambat keperdalam Bahal Batu. Pertempuran di Butar pasukan Batak berhasil membunuh seorang tentara Belanda sehingga belanda mengadakan pembelasan dengan membakar kampung – kampung yang ada disekitarnya tapi kampung Butar dengan tembok yang tinggi sangat sulit bagi Belanda untuk menerobos jantung kampun tersebut, namun Belanda dapat menerobos kampung tersebut yang diketahui bahwa kampung itu kosong ternyata yang dapat ditawan hanya kepala kampung Butar.
Pertempuran sengit juga terjadi di kampung Lobu Siregar dan Upu Ni Sirabar yang awalnya sangat susah diduduki oleh Belanda namun karea kegigihan Belanda mereka berhasil menduduki kampung tersebut, sedang pasukan Si Singa Mangaraja menarik diri dari tempat tersebut sedangkan kepala kampung ditawan oleh Belanda dan kampung tersebut dibakar. Namun sesudah perang di Lobu dan Upu pihak Belanda kembali ke Sibolga. Sedangkan Si Singa Mangaraja sedang menyusun strategi untuk menyerang pihak belanda kembali. Disaat bersamaan pasukan Belanda megepung daerah disekitar Danau Toba dan menagkap semua kepala kampung yang membangkang. Disaat bersamaan pasukan Si Singa Mangaraja menyerang pos pertahan Belanda di Bahal Batu. Akan tetapi Belanda berhasil medahuluinya dengan tembakan – tembakan sehingga pasukanya ditarik mundur oleh Si Singa Mangaraja.
Perhatian Belanda tertuju secara penuh kekampung Bakkara dan Lumbung Raja yaitu tempat tinggal Si Singa Mangaraj. Pertempuran dimulai ketika pihak Belanda meladakan motir kedalam benteng Bakkara dari bukit dimana tempat pasukan Si Singa Mangaraja sehingga pertempuran mulai meletus. Tembankan dari pasukan batak dibalas dengan lemparan granat oleh pasukan Belanda, sehingga pasukan batak kualahan menghadapi Belanda yang berhasil mengepung dari seluruh penjuru walaupun awalnya sangat kesulitan namun kampung Bakkara dapat diduduki oleh Belanda. Semua orang yanga ada didlamanya menjadi tawanan oleh Belanda.
Setelah kampung bakkara dapat diduduki oleh belanda pasukan Si Singa Mangaraja menyingkir menuju Paranginan untuk mempersiapkan penduduk bagian selatan Danau Toba. Benteng pertahan segera dibuat di Meat, Balinge, Tambunan dan lagu Boti yaitu tempat panesehat Si Singa Mangaraja XII yaitu Raja Deang. Bulan mei Belanda menuju Paranginan kemudian bergerak ke Gurgur dengan maksud menyerang Baligen dan raja Deang. Kemudian menuju Meat sesampai disana pasukan Pasukan Belanda dihujati oleh pasukan Batak, karena tempatnya yang tidak cocok pasukan Batak menyerang dari atas sedangkan pasukan belanda dibawah sehingga pasukan Belanda tidak sempat untuk membalaskan dendam, namun pasukan Belanda dapat bantuan sehingga pasukan batak menarik diri dari pertempuran .
Setelah daerah – daerah disektar Danau Tobak dikuasai oleh Belanda tahun 1883 pasukan batak sampai di Uluan yang bertepatan dengan tindakan Belanda menempatkan seorang kontrolir di balige termasuk Uluan dan Lagu Boti. Tindakan Belanda disambut oleh penduduk dengan acuh tak acuh, sehingga membuat kontrolir belanda memintak bantuan sehingga dikirimlah pasukan.
Si Singa Mangaraja kembali ke Babanan dan merencanakan segera gerakan baru di Uluan. Tanggal 18 Juli pasukan Belanda bergerak dari Balige meniju Lagu Boli dibawah Pimpinan Kapten Genet. Berarti pasukan Belanda di Balige berkurang ini kesempatan bagi pasukan Batak untuk menyerang Balige dan mebakar gedung – gedung pertemuan, penjara dan juga membakar gudang kopi. Pihak Belanda membalas perbuatan tersebut dengan cara ultimatun kampung Lagu Boti dan Uluang, menyerahka orang – orang yang dianggap sebagai pembunuh belanda berserta dengan dendanya. Namun orang – orang yang berda dikapung tersebut tidak ma sehingga Belanda menyerang kampung tersebut tanggal 29 juli. Pertempuran demi pertempura membuat psukanbatak kualahan menghadapi pasukan belanda sehingga kampung Huta Dalah akhirnya jatuh dan kepala kampung tewas. Kemudia Huta Anggaris behasil direbut Belanda sedangkan Huta Angin diperkuat sehingga megakibatkan Belanda susah masuk. Untuk memasuki Huta Angin, Belanda harus mengalahkan terlebih dahulu Huta Ragga Bosi namun pasuka batak mengalir untuk mebantu Huta tersebut dan menghantam pasukan belanda yang mengepung. Pertempuran demi pertempuran yang mengakibatkan pasukan Batak kualahan menghadapi pasukan Belanda ang menyebabkan pasukan Si Singa Mangaraja terbagi dua dan berhasil menguasai Huta Saon Angin.
Selain perperang di Huta Saon Angin di Umpu tinggi sedang terjadi perlawan yang sengit melawan Belanda di Semanangkiang, serang itu dapat dipatahkan oleh Belanda sedangkan pasukan Si singa Mangaraja terus didesak ke Barat laut Huta Timbang, pada saat itu Huta Timbang telah diduduki oleh Belanda sehingga terjadi disana pertempuran yang sengit sehingga Huta ini tidak bisa di amankan dan akhirnya Huta ini jatuh ketangan Belanda.
Belanda akan menyerang Huta – Huta lainya tetapi cuaca tidak mengizinkan sehingga mereka menuruna niat. Kemudian belanda mengrahkan pasukan ke Huta Tinggi yang Kedua. Scafer dan Spandaw menyerang dari sebelah selatan dan timur tapi karena benteng ini dibuat dari rajau – ranjau yang sangat menyusahkan bagi pihak belanda untuk menerobos kampung tersebut. Namun ini berhasil diatasi sehingga Belanda dapat meguasai diseluruh penjuru melihat kondisi ini pasukan Si Singa Mangaraja mengakat bendera Putih yang berarti tanda damai.
30 Juli diadakanlah pertemuan kedua belah pihak, pihak Belanda memintak denda dua kali lipat dari yang diminta awal, dalam keadaan sulit pihak Belanda tidak menuntut dalam bentuk uang tetapi apa saja barang – barang asal dapat dibayar. Perperang diundur untuk sementara . pembayaran ini dibatasi 1 Agustus, tetapi Huta Datu Hari tidak mau membayar sehingga terjadilah penyerangan oleh pihak Belanda, sama dengan Huta – huta lainya sangat sulit ditrobos dengan berhasilnya Belanda menduduki Huta Datu hari maka seluruh wilayah Lagu Boli telah diduduki oleh Belanda.
Daerah yang belum dikuasai oleh belanda masih memihak kepada Si Singa Mangaraja yaitu daerah Naga Seribu, Muara Bakkara, tangga Batu, dan Paraginan. Sehingga pasukan Belanda terus – menerus melakukan perlawanan. Tanggal 7 Agustus Tangga Batu dapat diduduki oleh Belanda, 9 Agustus Paraginan diduduki oleh Belanda dan kepala kampungnya dikenakan denda, sedang bakkara menolah sehingga 6 Huta disekitarnya dibakar oleh pihak Belanda. Tanggal 25 agustus pejuang – pejuang Batak melakukan penyerangan terhadap Belanda dimalam hari dan menyatakan perag kepada pihak Belanda di Semnangkiang.
Daerah Si Torang sudah mulai terancam, pada tanggal 27 Agustus pasukan Belanda bergerak menuju Pintu Batu disebuah padang lalang mereka diserang oleh 80 orang pejuang Batak dari Si Toramg, sedangkan dari sisi lain pihak Belanda juga diserang oleh penduduk Belanda. Serag ini berhasil dipatahkan dengan tembakan antileri, senapan dan penghancur dengan mitraliur dan infanteri. Huta Boksa dapat diduduki seterusnya Belanda menyerbu Prabu Angin dalam usaha menjatuhkan Si Torang, denga berapa taktik Perabu Angin dapat dikuasai oleh belanda demikian juha Si Jarot pusat dari kampung Si Torang. Patigi dan Si Ria – Ria diduduki Belanda 1 September sesudah itu Pos Belanda kembali ke pertahanan Lagu Bot, sedangkan Si Singan Mangaraja mengadakan perlawanan didaerah lain.
Perperang dari tahun - ketahun semakin menjadi. Tahun 1887 timbul perlawanan dari Kota Tuo dengan bantuan pejuang – pejuang Aceh yang datang dari daerah Bebas di Trumor. Perlawana ini dapat dipatahkan oleh Belanda dibawah pimpinan JA Visser. Selain itu tahun ini juga terjadi penyerbuah dibawah pimpinan Sarbut, pos – pos zeding dibakar karena peristiwa ini Lobu Si Reger diduduki oleh Belanda. Dipihak lain Belanda semakin membabi buta dngan membakar kampung – kampung yang menolak mebayar denda. Pada saat yang bersamaan Hindia Belanda juga melawan Aceh sehingga Belanda menfokuskan diri untuk menghadapi Aceh yang kekuatanya jauh lebih besar sedangkan perlawan terhadap tanah Batak dikurangi oleh Belanda.
Pada saat Belanda lenga Si Singa Mangaraja menghimpun pasukan untuk kekuatanya. Tahun 1889 ia aktif didaerah bagian tenggara dan Barat Danau Toba serta Pulau Simosir. Bulan Mei Si Singa Mangaraja di daerah Huta Paong siap untuk menyerang Belanda bersamaan 90 pejuang batak, 70 orang letnal Pitlo, bulan Juli pertempuran mulai meletus. Walaupun terdesak ke Lobu Tala kemudian 8 Agustus pasukan Si Singa Mangaraja mengadakan serangan balasan dan berhasil menewaskan seprang pasukan Belanda dan mengusir mereka dari sana. Untuk mebalaskan serangan dari Si Singa Mangaraja Belanda mengirim tentara dari Padang.
Perlawanan demi perlawanan yang terjadi antara Pasukan Si Singa Mangaraja dengan Belanda membuat pejuang Batak kaulahan menghadapi Belanda, sampai Simosir juga diduduki oleh Belanda, sehingga gerak Si Singa Mangaraja semakn sempit menginggat daerah kebayakan sudah jatuh ketangan Belanda. Sekarang pasukan Si Singa Mangaraja bertahan di sebelah barat Danau Toba yaitu Pak – Pak dan Dairi.
3. Akhir Perang
Yang awalnya pasukan Si Singa Mangaraja masih melakukan perlawana namun tahun 1900 kekuatan Si Singa Mangaraja semakin surut. Sehingga perlawanna tidak dikerahkan untuk melakukan penyerangan sebanyak mungkin melainkan memperthankan diri dari serangan lawan selain penduduk daerah Dairi dan Pak – Pak Masih setia kepada mereka. Selain itu Belanda juga melakukan gerakan pembasmi gerakan – gerakan perlawanan yang ada diSumatera ( Aceh dan Batak). Operasi diketuai oleh Overste Van Daelan yang bergerak dari Aceh terus ke Batak. Mereka mengadakan pengepungan dan mebakar kamung – kampung yang membangkan pertempuran semakin sengit antara kedua belah pihak.
Pada saat Belanda sampai di daerah pak – Pak dan Dairi pasukan Si Singa Mangaraja semakin terkepung sedangkan di lain pihak hubungan mereka dengan Aceh sudah terputus. Denga terdesaknya pasukan Si Singa Mangaraja merka terus berpindah – pindah dari satu tempat ketempat yang lain untuk menyelamatkan diri. Tahun 1907 pengepungan yag dilakukan oleh Belanda terhadap pasukan Si Singa Mangaraja dilakukan secara intensif yang dipimpin oleh Hans Christoffel.
Dimulai menelusuri jejak Si Singa Mangaraja oleh Belanda namun merak gagal menangkap Si Singa Mangaraja dan anak istri Si Singa Mangaraja ditawan oleh Belanda. Boru Situmorang ibu Si Singa Mangaraja tertangkap dan dijadikan tawanan perang oleh Belanda sementara itu Si Singa Mangaraja belum juga mneyerahkan diri dan belanda terus mencari sampai tanggal 28 Mei pihak belanda mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja berada di Barus maka Wenzel menarahkan pasukan untuk menangkapnya tetapi tidak berhasil.
4 Juni 1907 pihak Belanda mengetahui bahwa Si Singa Mangaraja berada di Penegen dan Bululage dan mereka melakukan pengerebekan melalui Huta Anggoris yang tak jauh dari panguhon. Ternyata Si Singa Mangaraja telah meninggalkan tepat itu sebelum mereka datang. Si Singa Mangaraja terus menyikir ke darah Alahan sementara itu Belanda terus mengejar melalui kampung Batu Simbolon, Bongkaras dan Komi. Banyak penduduk sekitar ditangkap karena dicurigai bekerjasma dengan Si Singa Mangaraja. Berbagai usaha yang dilakukan Belanda tanggal 17 jJuni 1907 Si Singa Mangaraja berhasil ditangkap didekat Aik Sibulbulon ( derah Dairi ) dalam keadaan lemah Si Singa Mangaraja dan pasukanya terus mengadakan perlawanan. Dalam peristiwa Si Singa Mangaraja tertebak oleh Belanda sehingga pada saat itu Si Singa Mangaraja mati terbunuh ditempat. Disaat yang bersamaan anak perempuan dan dua putra laki – lakinya juga gugur sedankan istri, ibu dan putra – putra masih menjadi tawana perang oleh Belanda . dengan gugurnya Si Singa Mangaraja maka seluruh daerah Batak menjadi milik Belanda. Sejak saat itu kerja rodi didaerah ini meraja lelah struktur tradisional masyarakat semaki lama semakin runtuh.
4. Dampak Perang
Orang batak banyak terbunuh dan banyak kerugian yang ditimbulkam, rumah – rumah hancur dibakar, agama Keristen saat itu meraja lelah tampa ada halangan dari pihak manapun sedangkan pihak Belanda mengalami kebangkrutan dana yag disebakan karena saat bersamaan Belanda juga menghadapi Aceh yang begitu kuat sehingga didatang pasukan – pasukan dari luar yang dibayar mahal
KESIMPULAN
Perang Batak yang terjadi selama 29 tahun yang berawal dari ketidak sukaan Si Singa Mangaraja terhadap Belanda yang sengaja menyebarkan agama keristen yang mengakibatkan Si Singa Mangaraja melakukan perlawan karena takut Belanda menguasai daerah tesebut secara luas lagi sehingga ia takut peranya sebagai pemimpin dapat disingkirkan oleh Belanda disisi lain Si Singa Mangaraja sebagai pemimpin juga takut Belanda mempengaruhi rakyat dan bisa berubah struktur kebuadayaan yang ada disana. Perperangan demi perperangan yang terjadi sangat merugikan bagi rakyat Batak. Perperangan yang berlangsung sangat lama berhasil dimenangkan oleh Pihak Belanda dengan gugurnya Si Singa Mangaraja di medan perang. Sehingga Belanda berhasil menduduki daerah Batak keseluruhannya.
DAFTAR PUSTAKA
Poesponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Noto S. 1984. Sejarah Nasional Jilid VI.Jakarta : balai Pustaka
Dekker,Nyman.1975.Sejarah Indonesia dalam Abad XIX.YPTP Ikip Malang : Amamater
Sidjabat,Bonar.1982. Ahu Si Singamangaraja. Jakarta : Kintamani Ofset
[1] Tahun 1840 mengirimkan F.Junghun dan tahun 1843 Von Kessel
[2] Belanda pergi ke Slindung 8 januari 1987
[3] Benteng Alam terletak didaratan tinggi Toba dan Silindung terdiri dari pergunungan baik yang berhutan gundul maupun lebat dll, dan juga benteng yang dibuat sendiri yaitu benteng kampung.
perang Tapanuli membuat Belanda kewalahan
ReplyDeleteartikel menarik, komentar juga ya ke blog saya www.belajarbahasaasing.com
ReplyDelete